Banyak yang menyangka (termasuk saya) orang-orang yang bertumbuh
pendek atau cebol, jika dibandingkan standar orang pada umumnya adalah
disebabkan karena faktor genetik atau
kelainan tulang.
![]() |
Source : Liputan 6 |
Saya yang jarang baca ini, juga tak tau banyak tentang sebab
ini. Sampai pada beberapa hari yang mendapat undangan untuk mengikuti acara
Flash Blogging yang diadakan Kementrian Komunikasi dan Informasi (KOMINFO) yang
berkerja sama dengan Kementrian Kesehatan.
![]() |
Peserta Ramai dan Antusias. Kereeen |
Ketika sampai di tempat acara, Hotel Novotel. Saya sangat
tertarik ketika membaca tajuk acara, yaitu Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat Dalam Penurunan Prevalensi Stunting Pada Balita.
Meski sangat asing dengan stunting saya
tetep semangat aja, segala hal yang berbau dengan kesehatan-kesehatan saya
selalu suka.
Karena menurut saya, kesehatan adalah aset utama yang harus
dijaga, karena siapalagi yang memperhatikan kesehatan kalau bukan kita? Dia? #eh
Kalau kata orang lampung, mak gham sapa lagi. hehe
Balik lagi ke bahasan tubuh pendek tadi ya, saya yang nggak
tinggi ini mulai antusias. Mencari tau sebab kenapa saya nggak setinggi Luna
Maya hahaha.
![]() |
dr Marina menjelaskan materi terkait Stunting |
dr Marina Daryanti, selaku narasumber menjelaskan penyebab
gagal berkembang bisa juga disebabkan karena salahnya penerapan asupan gizi
bahkan ketika ibu hamil. Dalam ilmu kedokteran, biasa disebut dengan stunting yang berarti kondisi tidak
berkembang karena asupan gizi, bisa juga dikatakan cebol.
Pengaruh kurang gizi pada awal kehamilan bukan hanya pada
tinggi badan/stunting tapi juga kecerdasan. Yang artinya ketika seorang anak
adalah stunting maka ia juga mengalami kemunduran kecerdasan.
Sebab, sel-sel
dalam otaknya yang seharusnya berkembang menjadi tidak berkembang karena kurang
asupan gizi. Duh, kok takut yaa. Jadi kepikiran gimana nanti kalau menikah dan
hamil hihi
Yang lebih menghawatirkan, ternyata kekurangan gizi ketika
janin juga berpengaruh pada sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit. Banyak
ditemukan seseorang dalam usia muda mengidap penyakit seperti diabetes,
kolesterol dll. Nah salah satu faktornya bisa jadi ketika masih dalam usia
janin, asupan gizi nya tidak tercover sempurna.
Lanjut dr Marina menjelaskan, hal-hal tersebut sangat bisa
dihindari sejak dini. Jauh pada 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) janin dalam
kandungan, nutrisi pada janin harus sudah terpenuhi. Masa tersebut adalah masa
emas dan kritis dimana sebaiknya kita ikut mengintervensi asupan makanan bagi
janin
Nah inilah yang biasanya luput dari perhatian, sebagian dari
kita kerap kali berpikir kuantitas yang utama. Padahal, yang terpenting
bukanlah jumlah makanan namun jumlah asupan gizi. Makanan gizi sebenarnya nggak
susah ditemui disekitar kita. Harganya pun cukup terjangkau, karena sumber
protein pun bukan hanya daging yang mungkin bagi beberapa orang tergolong
mahal.
Pemerintah, juga memiliki peran dalam mengurangi risiko
stunting pada balita. Program-program telah digulirkan, salah satunya pembagian
tablet tabah darah bagi siswi SMP-SMA yang merupakan calon wanita dewasa yang
tentunya akan menikah dan hamil.
Saya jadi was-was, mulai bertekad jaga kesehatan sebaik-baik
demi menjaga generasi mendatang #ciee
Karena dalam diskusi tadi sempat disinggung untuk tidak
sering mengkonsumsi Junkfood yang
terlihat enak di lidah dan instant
tentunya tapi merusak kesehatan. Huhu
Dalam islam, kan sangat dilarang dzalim pada diri sendiri.
Tapi saya cukup tenang, ternyata saya nggak tinggi bukan
karena stunting. Karena tinggiku masih
normal kok hehe.
Buktinya saya nggak bodoh dan cukup cerdas #wkwk #pede
![]() |
Pict by : Mira Sahid |
Alhamdulillah, acara lancar, hati senang dengan ilmu baru yang mencerahkan :D
Comments
Post a comment